Saya pernah berandai-andai, ingin memiliki pekerjaan yang membuat saya bisa berjalan berkilo-kilo melewati hutan, naik boat atau perahu untuk menyusuri laut ataupun sungai, dan melalui sungai yang ada buayanya. Saya pernah juga berandai-andai memiliki pekerjaan yang membuat saya harus mengunjungi banyak tempat.
Mungkin kedengarannya aneh, seperti reaksi beberapa teman yang langsung tertawa saat mendengar keinginan saya ini.
Segala 'andai-andai' itu terasa jauh di awang-awang, hingga saya mendapatkan kesempatan kerja di Kalimantan Timur.
Segala 'andai-andai' itu terasa jauh di awang-awang, hingga saya mendapatkan kesempatan kerja di Kalimantan Timur.
Saya pernah berjalan sejauh 3 kilo melewati hutan yang banyak tanjakan dan masih penuh dengan ilalang. Sampai di tempat tujuan saya baru sadar jika kaki saya sudah berdarah-darah akibat banyak tergores daun berduri. Perih sih, capek juga, tapi menyenangkan meski kulit tambah kelam.
Saya sering melihat monyet-monyet kecil berlompatan dari satu dahan ke dahan lain. Juga burung-burung, dari bangau; jalak; kutilang; beo; bahkan elang dan beberapa jenis burung berwarna cantik lainnya, yang sayangnya tidak ada yang tahu namanya.
Dan kemarin, saat dalam perjalanan pulang saya membaca sebuah plang berwarna merah bertuliskan: ‘bahaya, ada buaya’ yang dipasang di depan sebuah sungai.
Saat melihat sungai dan plang itu, beneran, saya merasa seperti a dream comes true (hoho :p), keinginan saya untuk melewati sungai yang ada buayanya bisa tercapai :D.
Saat saya tanyakan ke salah satu rekan di site mengenai kebenaran isi plang tersebut, ternyata memang di sungai itu ada buayanya. Buaya asli, buaya sungai, bukan buaya darat :p.
Saat saya tanyakan ke salah satu rekan di site mengenai kebenaran isi plang tersebut, ternyata memang di sungai itu ada buayanya. Buaya asli, buaya sungai, bukan buaya darat :p.
Pohon-pohon seperti ini merupakan ciri khas habitat buaya, ceunah :)
Sayangnya saya tunggu selama beberapa menit buayanya nggak muncul-muncul. Rekan saya bilang, kalau mau buayanya muncul cukup dengan memberi umpan bebek yang diikat kakinya. Tapi ah, saya nggak setega itu untuk menceburkan seekor bebek demi melihat buaya.
Dan ternyata buayanya memang nggak mau muncul ke permukaan (ya iyalah nggak ada umpan ini :D). Mungkin lain kali jika melewati sungai itu lagi saya sebaiknya sambil ‘sangu’ batu. Siapa tahu kalau saya melempar batu ke dalam sungai, buayanya lalu mau menampakkan diri :p. Karena rasanya pasti beda ketika bisa melihat buaya langsung di sungai yang menjadi habitatnya, seperti yang sering saya lihat dalam video dokumenter-nya Steve Irwin, dengan melihat buaya di penangkaran atau kebun binatang.
Eh tapi saya juga nggak mau berdoa biar ketemu buaya, takut kualat :)
Eh tapi saya juga nggak mau berdoa biar ketemu buaya, takut kualat :)
Oh ya, lokasi sungainya sendiri ada di wilayah Pendingin, Kecamatan Sanga-Sanga, Kabupaten Kutai Kartanegara.