Saturday, November 2, 2013

Jodoh dan Rezeki, Pasti Bertemu


Percaya jodoh dan rezeki?
Kata Afgan, kalau jodoh pasti bertemu. Kata banyak orang, kalau sudah rezeki tak kemana. Kata ayah saya rezeki tak akan tertukar.
Kalau sudah jadi rezeki atau jodohnya, pasti ada jalan untuk itu. Pasti.
Pengalaman umrah kemarin semakin menyadarkan saya, jika memang sudah jalannya, pasti ada jalan untuk itu.
Sudah jadi rezeki saya untuk berangkat umrah, meski sudah jadi rahasia umum termasuk informasi dari biro umrahnya sendiri jika visa di bulan Juni sedang susah-susahnya, plus waktu persiapan yang mepet banget dan sederet hal tidak pasti lainnya sebelum umrah, toh saya akhirnya bisa berangkat umrah. Dengan lancar. Alhamdulillah.
Sama dengan rezeki. Terkadang kita ngotot ingin mendapatkan kesempatan atau pekerjaan A atau B. Padahal di kemudian hari baru kita tersadar, bahwa kesempatan itu nggak baik untuk kita jalanin.
Apa yang kamu sukai, belum tentu baik untukmu, firman Allah Sang Maha Pengasih.
Seorang teman akrab saya baru saja diterima di sebuah perusahaan oil and gas dambaan sejuta anak muda di negeri ini. Ia sempat bercerita sebelum berangkat tugas ke site perusahaan tersebut di Riau sana, jika sebetulnya ada kandidat lain yang sudah dipanggil untuk medical check-up. Kandidat terakhir untuk posisi itu.
Ternyata, kandidat itu gagal dalam med-check. Teman saya yang akhirnya dipanggil untuk med-check selanjutnya, dan ia lolos. Hamdallah.
See, jika memang sudah rezeki tak akan ke mana.
Lalu, jodoh?
Kemarin saya sempat terlibat dalam sebuah sesi curhat khusus dengan seorang teman yang dulu juga pernah bekerja di site. Ia bilang tahun 2013 menjadi tahun yang penuh ujian baginya.
Salah satu yang terberat ialah ia harus merelakan hubungan yang sudah dijalinnya selama sekian tahun dengan orang terdekatnya. Penyebabnya, salah satunya karena temen saya masih bekerja di site di Kalimantan, sementara mantan orang terdekatnya itu di Jakarta. Jarak jauh, dengan ritme kerja yang berbeda dan suasana pekerjaan yang juga berbeda.
Yang satu bekerja 12 jam setiap hari, di site di pedalalaman Kalimantan, weekend tak libur, 6 minggu full di site. Yang satu, kerja di kota, 8 jam sehari, weekend libur, tinggal di Jakarta.
Hubungan mereka berakhir. She told me that she has been now in a new relationship with someone else. I said to her, we did not know et all with God’s plan. Mungkin itu cara Gusti Allah untuk mendekatkan si temen saya itu untuk bisa bersama dengan pasangannya sekarang.
Itulah, jodoh dan rezeki, hanya Allah yang tahu.
Saya nggak mau menyesali apapun yang saya putuskan dan lakukan terutama 3 tahun terakhir ini. Every step I have made, insya Allah saya lakukan demi kebaikan, dengan restu orang tua saya tersayang di rumah.
Jika ada yang hilang selama ini atau belum didapat saat ini, entah kesempatan atau bahkan orang (ehem!), ya karena mungkin memang belum jadi rezeki saya. Bukan jodoh saya.
Entah rezeki, entah jodoh. Rezeki tak akan kemana, begitupun jodoh pasti ketemu.
Allah is the best planner. He knows the best.
So, will raise a question to you, do you believe in ‘rezeki’? In ‘jodoh’? Harus ya :)
-----------------------------------------------

Muara Tae, 5 Oktober 2013. Salah satu tulisan tercepat yang saya buat.

Sesuatu di balik ‘Duduk di Pinggir Jendela’


Ditulis dari tahun 2011, entah mengapa tulisannya terselip disimpan di mana, dan mendadak ketemu lagi bulan lalu.. J

--------------------------------------------------------------------
Entah untuk perjalanan darat, laut ataupun udara, duduk di pinggir jendela selalu menjadi favorit saya. Makanya, jarang banget saya mau tukeran tempat duduk kecuali untuk orang lanjut usia atau Ibu-Ibu yang tempat duduknya terpisah dari anaknya yang masih kecil.
Di counter check in bandara, di loket kereta, ataupun agen bus, 1 kalimat yang tak pernah lupa saya ucapkan ke petugas counter / agennya ialah “minta tolong tempat duduknya dekat jendela ya Pak / Bu...”
Dan biasanya, kalau ada anak muda seusia saya dan kelihatan baik-baik saja serta sehat walafiat minta tuker tempat duduk, saya suka bilang: “aduh maaf, saya kalau duduknya nggak di deket jendela suka muntah”…:D
Duduk di deket jendela, kalau di kereta, membuat saya bisa menikmati hamparan sawah dan pegunungan di luar jendela. Juga, melihat dengan mata sendiri tentang kesenjangan yang ada di belakang gedung-gedung bertingkat yang selama ini terlihat dari jalan raya. Ternyata dibalik kemegahan bangunan kuat nan kokoh di sepanjang jalan, masih ada lho rumah-rumah dari triplek yang kumuh dan padat. Tak hanya menikmati keindahan alam di sepanjang perjalanan, duduk di pinggir jendela ketika menggunakan transportasi kereta juga mengasah empati saya dengan sesama.
Di pesawat, duduk di pinggir jendela adalah untuk menikmati awan dan semua pemandangan yang terhampar di bawah sana. Dengan schedule pekerjaan saat ini, setidaknya setiap 6 minggu sekali saya bepergian menggunakan pesawat dengan rute Balikpapan-Jakarta dan 2 minggu kemudian menuju Balikpapan lagi dari Jakarta. Spot favorit saya untuk rute Balikpapan-Jakarta ada 2: yang pertama kelak-kelok sungai di Kalimantan menuju laut lepas dan yang kedua kerlap-kerlip lampu Ibu Kota saat mau landing.
That’s why, schedule flight balik ke Jakarta selalu ambil yang malam, sementara penerbangan ke Balikpapan mostly di pagi hari.
Jika saat kecil dulu duduk di pinggir jendela saya gunakan untuk menikmati pemandangan selama perjalanan, saat ini duduk di pinggir jendela saat berada dalam perjalanan terkadang membuat saya jadi punya waktu untuk melakukan intrapersonal communication dengan diri sendiri. Untuk berdialog, bahkan terkadang ‘noto roso’ atau menata hati saat sedang punya masalah.
Terkadang, saat-saat duduk di pinggir jendela dalam perjalanan menjadi waktu di mana saya justru bisa berpikir dengan tenang dan jernih.
Jadi bukan melamun sih sebenarnya saat duduk di pinggir jendela kalau kelihatan lagi asyik termenung, tapi lebih sedang berkomunikasi dengan diri sendiri *cailah

Tapi kesukaan saya duduk di samping jendela juga bukan berarti saya meninggalkan rasa tepo seliro saya.. Sesuka apapun saya dengan ‘duduk di samping jendela’, saya tetap dengan senang hati akan pindah tempat duduk dan memberikan kursi di pinggir jendela untuk seorang Ibu agar bisa duduk dekat dengan anaknya, atau anak kecil yang ingin melihat awan :)

Ada yang suka juga duduk di samping jendela seperti saya?

Sunday, July 14, 2013

Meneruskan cerita hidup yang tertunda

Meneruskan cerita hidup yang tertunda.

Target saya di 2013 ini.

Tiap tahun, saya selalu punya target yang harus saya capai. Tahun 2011 lalu saya menargetkan ‘meretas mimpi’, dengan mulai mengambil kuliah S2.
Tahun 2012, masih meretas mimpi, dengan mulai aktif menulis di media baik online maupun koran. Untuk tipe catatan perjalanan maupun hard news. Untuk kuliah sendiri, saya ambil cuti. Mau tak mau, realistis.
Masuk tahun 2013, beberapa bulan pertama jujur saya masih gamang menentukan target.
Hingga bulan Mei, mulai ada beberapa cerita yang membuat saya harus banyak merenung tentang perjalanan saya sejauh ini.
Dan di Juni 2013 ini, target saya satu untuk tahun ini: meneruskan cerita hidup yang tertunda.
Tak perlulah saya ceritakan saat ini apa cerita hidup yang ingin saya teruskan, karena upaya untuk bisa meneruskan cerita itu masih dalam progress dan usaha. Ora ilok kalo kata orang Jawa, takutnya nanti tidak terlaksana.
Hanya tulisan ini sebagai pengingat, jika ada 1 target yang harus saya kejar, untuk meneruskan cerita hidup yang tertunda.
Gusti Allah, saya yakin, memberikan saya waktu dan kesempatan untuk banyak merenung dan berpikir demi sebuah alasan yang pasti baik untuk saya. 
Tugas saya hanya berusaha dan berikhtiar, berdoa, dan yakin bahwa Dia akan menjawab semua perjalanan yang saya usahakan selama ini.
Itu saja.

Site Project Muara Tae.
Jempang, Kutai Barat, Kaltim.
6 Juni 2013.

 

Tuesday, July 17, 2012

Say Big No to Copy Paste

Pernah nggak merasakan gimana rasanya tulisan kita di copy paste di blog orang, persis sama sampai sefoto-fotonya juga dicopas semua, tanpa menyebutkan jika itu tulisan kita atau pencantuman link tulisan kita?

Rasanya sangat menyebalkan sekali.
Awalnya, ada teman yang menginformasikan jika ia membaca tulisan Pesona Batik Papua yang saya tulis bulan Juni 2011 lalu setelah ke Pekan Penas di Tenggarong, yang dicopas di forum Kaskus dan tanpa pencantuman link saya.
Cekidot Gan link-nya yang copas J
Di waktu lain, saat saya sedang mencari tahu letak wilayah suku Dayak Bahau yang disebut merupakan pengrajin batik di Kaltim, eh malah nemu dua link di bawah ini yang juga meng-copas tulisan saya tentang Batik Kaltim, sampai sefoto-fotonya.
Duhai agan, Mas dan Mbak para pemilik account dan blog di atas, yuk ah hargai karya orang lain. Monggo saja tulisan saya dicopas, tapi mbok ya dicantumkan link-nya.
Ini ya saya kasih contoh tulisan saya yang juga dicopas di sebuah forumnamely Selapa, tentang keindahan seni ukir di kampung Batu Bura, kecamatan Jempang, Kabupaten Kutai Barat, disertai pencantuman link sumber tulisan saya.
www.selapa.com/forum/viewtopic.php?f=11&t=293

Cek juga deh semua tulisan saya, pasti saya cantumkan sumbernya jika banyak kalimat yang saya quote. Jikalau pun hanya saya jadikan referensi, tetep saya tulis juga.
Kenapa? Karena itulah bentuk rasa penghargaan saya ke para penulis tulisan tersebut. Tidak semua orang mampu menghasilkan tulisan seperti sumber yang kita copas atau jadikan referensi, that’s why, we have to appreciate them.
Agree? Harus setuju dong, kalau nggak mending nggak usah punya blog dan ngaku suka nulis kalau ternyata tulisannya copas dari tulisan orang semua.. J

Monday, July 16, 2012

Long Life Education


Lama sudah tak menulis sesuatu (lagi) di sini.
Ok, singkat cerita, saya masih bertugas di Kalimantan dengan sistem rooster 6 minggu di site di Kaltim dan 2 minggu full libur balik ke Jakarta. Masih menikmati juga bertugas di Kalimantan dan di lapangan, apapun suka dukanya. Yang berbeda hanya saya saat ini nambah status baru.
Weits, status baru?
Yup, status as a student because I am going back to the college J.
Alhamdulillah, diberikan rezeki, kesehatan dan kemampuan untuk melanjutkan kuliah ke tahap berikutnya per bulan Oktober tahun lalu, di bidang that I believe my passion lies in it: CSR.
Lo kerja di Kalimantan, gimana ngatur waktunya buat kuliah?
Lebih kurang begitulah reaksi teman ataupun rekan kerja yang hampir selalu saya terima saat mereka tahu jika saya meneruskan kuliah, meski gaya bahasanya bervariasi.
Lucky me, jadi, tempat kuliah saya saat ini menggunakan sistem teaching block, di mana perkuliahan dipadatkan dari Jumat Malam, dan full di Sabtu-Minggu (maklum kelas karyawan bo :D). Masa kuliah sendiri hanya di Minggu pertama dan Minggu kedua. Minggu ketiga break dan tutorial online, sedangkan Minggu ke IV langsung ujian. Tiap bulan hanya 1 mata kuliah.
Nah, berhubung saya kuliah sembari tetap bekerja full di site, terpaksa tidak semua mata kuliah bisa saya ikuti. Alhamdulillahnya jadwal cuti saya pas barengan dengan schedule kuliah, jadi lumayanlah dalam 1 semester saya bisa mengambil 2 – 3 mata kuliah (dari normal 5 – 6 mata kuliah). Terus terang, dengan kondisi pekerjaan di luar Jawa membuat saya harus realistis untuk tidak mematok target harus lulus kuliah dalam waktu 2 tahun :D
Kenapa ambil kuliah lagi?
Pertanyaan kedua yang juga hampir selalu saya terima setelah pertanyaan pertama terjawab.
Hmm, panjang ya kalau dijelasin satu persatu, dari jawaban yang idealis sampai yang berkaitan dengan pekerjaan dan terutama masa depan. In short, for me, life is a long life education. Tak ada kata berhenti untuk belajar dan menuntut ilmu. Tak harus selalu di bangku formal sebenarnya, namun jika ada kemampuan dan kemauan untuk melanjutkan sekolah, kenapa tidak?
Yang pasti melanjutkan kuliah bukan untuk: 1) gaya-gayaan atau 2) terlihat keren karena nambah gelar. Wuih rugi betul kuliah kalau ujung-ujungnya cuma itu yang dijadikan alasan J
Doain saya ya diparingi lancar kuliahnya dan bisa membawa manfaat tidak hanya bagi saya, tapi juga perusahaan, komunitas lokal that I have closely worked hand by hand during these times, dan yang pasti untuk bidang CSR. Amien.
Thanks for reading and see ya on the next posting!

Friday, June 29, 2012

Ketika Agak Norak


Well, agak norak. Itu mungkin penggambaran diri saya semalam tadi pas dikabarin kalau tulisan saya tentang Sangasanga dimuat di harian lokal terbesar di Jawa Barat khususnya Bandung.
Seneng banget, sampai tadinya foto print screen tulisan mau saya pasang jadi profil bbm. Norak ya? Emang, hehehe..

Sebenernya kalau saya merasa seneng banget tulisan saya dimuat ada beberapa alasan. Salah satu alasannya karena dimuat itu sendiri, dibaca banyak orang, plus dikasih honor pula. Alasan lain, yang serius dan menjadi basic reason saya menulis, karena saya ingin memberikan sesuatu untuk tempat-tempat yang saya datengin khususnya untuk bertugas / dinas pekerjaan.
Pertama saya datang ke Sangasanga tahun 2010, stay 2 minggu terus pindah ke site yang lain sampai bulan Desember 2011. Dari pertengahan Desember itu, saya stay agak lama di Sangasanga dan nggak ada pindah-pindah site-nya sampai Maret 2012. Nggak lama memang, tapi cukup untuk membuka mata saya jika kota tersebut memiliki sebuah potensi lain yang punya potensi untuk dikembangkan.
Dan, saya ingin tak hanya datang ke suatu tempat hanya untuk mencari rezeki, namun juga bisa memberikan sesuatu secara pribadi. Maksudnya gini, dalam pekerjaan saya di bidang CSR yang memang berhubungan erat dengan masyarakat, sudah banyak kegiatan pengembangan masyarakat yang kami lakukan, atau setidaknya kegiatan untuk mendukung kegiatan pengembangan para stakeholder di sana. 
Tapi, saya tak ingin memberikan sesuatu ke tempat di mana saya mencari rezeki hanya karena pekerjaan. Mungkin kalau membangun sesuatu atau memberikan bantuan dana, tak mampulah awak saat ini. Yang saya suka dan bisa adalah jalan-jalan dan menulis. Kenapa saya tak lakukan itu, menulis tentang potensi kota yang saya datangi?
Ketika tulisan saya dimuat, buat orang diluar Sangasanga ataupun Kalimantan Timur yang sebelumnya tidak tahu menjadi tahu tentang Sangasanga. Ataupun mungkin sebelumnya sudah tahu namun menjadi lebih paham lagi tentang kota ini. Siapa tahu esok hari berkunjung ke Balikpapan atau Samarinda, karena sebelumnya pernah membaca tulisan saya tentang Sangasanga jadi kepikiran untuk berkunjung ke Sangasanga yang memiliki 2 kali perayaan hari Kemerdekaan dalam 1 tahun, yaitu HUT Kemerdekaan RI 17 Agustus dan Hari Kemerdekaan Sanga tiap 27 Januari.
Begitu juga untuk tulisan lain tentang tempat saya bertugas sekarang yang sedang saya kembangkan. Harapannya sih seperti itu.
Setidaknya, saya membantu mengenalkan kota itu pada masyarakat lain di luar mereka. Dan ketika keinginan itu beneran tercapai, itulah yang sebenarnya membuat saya seneng abis. Selain dimuat dan melihat nama saya tercantum, tentu saja. Dapat honor malah Sebenarnya nggak masuk hitungan, bukan sok kelebihan duit, tapi melihat tulisan saya dimuat dan keinginan saya tercapai, itu sudah lebih dari cukup buat saya sekarang.  
Anyway, mungkin karena inilah jalan saya emang bukan jadi wartawan. Nggak lucu aja kalau misalnya saya misalnya jadi wartawan dan tiap hari senyum-senyum sendiri sambil liatin tulisan dan nama saya muncul di koran, hihihi

Sunday, May 27, 2012

Sesuatu Itu, Bernama Proses

Ditulis dari sekitar setaun yang lalu, baru sempat diposting sekarang :)
-----------------------

Saya percaya dengan sesuatu bernama proses.

Sesuatu yang akan menjadikan kita dari tidak tahu menjadi tahu ataupun dari peragu menjadi bisa mengambil keputusan. Tentunya masih banyak definisi tentang proses itu sendiri, yang mungkin berbeda antara satu orang dengan yang lainnya.

Berawal dari obrolan ringan dengan seorang teman, yang menceritakan adanya kekosongan jabatan di kantornya. 

Dari seorang pendengar yang baik, mak senik (dalam bahasa Jawa berarti tiba-tiba, entah dari mana datangnya.), dia tiba-tiba bertanya balik pada saya, what would I do if I were her?

Everything has its own process, segala sesuatu itu ada prosesnya.

Siapa sih yang bekerja tidak ingin mendapatkan reward ataupun pengakuan atas pekerjaan yang telah kita kerjakan? Entah berupa peningkatan karier, kepercayaan dari perusahaan tempat kita bekerja ataupun reward dalam bentuk something real yang dapat kita genggam.

Namun, ada proses sebelum semua itu tercapai. Proses pembelajaran untuk menentukan apakah kita bisa menjadi seseorang yang lebih baik tiap harinya dengan beragam ilmu dan kesempatan yang kita dapat atau tidak.

Bukannya tidak ingin maju ataupun tidak percaya dengan kemampuan diri sendiri, namun saya hanya tidak ingin bayangan reward menganggu pikiran saya dan membuat saya jadi melupakan proses itu sendiri. Saya juga tidak ingin bayangan reward justru membuat saya melupakan fokus saya bekerja, untuk memberikan yang terbaik bagi siapapun yang bekerja sama dengan saya.

Saya menikmati proses di mana saya belajar setiap harinya. Saya menikmati bertambahnya ilmu yang saya dapat tiap saat. Menikmati juga proses saat saya belum berani memutuskan sesuatu hingga menjadi untuk berani mengambil keputusan dengan cepat. Dan menikmati saat-saat di mana saya tidak tahu menjadi tahu.

Reward, jikalau satu hari nanti memang menjadi rezeki saya, saya harap ia datang di saat memang saya sudah pantas mendapatkannya atas pekerjaan yang telah saya lakukan. Bukan karena tidak adanya orang lain.

---------