Wednesday, October 20, 2010

Kucing dan Kasih Sayang

Seharusnya juga ter-upload di pertengahan September J
Balikpapan, 13 September 2010.
Saat mau ambil uang di atm, (sepertinya) di daerah Klandasan, Balikpapan, tidak sengaja saya melihat seekor induk kucing di bawah sebuah mobil bersama anaknya.

Awalnya saya tidak terlalu memperhatikan induk-anak tersebut. Selang beberapa menit sesudahnya, karena saya masih antre atm, saya mulai ‘ngeh’ jika ada yang aneh dengan anak kucing itu. Lehernya kelihatan lunglai dan matanya terbuka, sama sekali tidak bereaksi sementara induknya masih terus menciumi leher si kucing.
Ternyata, anak kucing itu sudah mati. Penyebabnya saya kurang tahu pasti, karena tidak ada darah juga di badan si kucing kecil. Tiba-tiba induknya membawa anak kucing itu – dengan cara menggigit lehernya- berjalan ke dekat tempat saya berdiri. Begitu direbahkan, si induk terus menciumi leher anaknya yang sudah mati. Tak berapa lama, induknya membawa anaknya pindah tempat lagi, dan terus menciumi leher anaknya begitu badan anaknya direbahkan di tanah. Dan begitu seterusnya, sampai dalam hitungan saya, lebih dari 6 kali induk kucing melakukan hal itu. 
Saya sengaja mundur dari antrean atm dan mempersilahkan orang di belakang saya lebih dulu karena saya ingin terus melihat induk kucing itu.
Saya nggak tahu apakah si induk kucing itu tahu kalau anaknya telah mati atau tidak. Namun di sini saya diingatkan, bahwa meski ia hewan, naluri antara ibu dan anaknya pasti ada.
Saya sebenarnya membawa kamera, tapi saya tidak tega untuk memotretnya. Memotret induk kucing, yang meski saya tidak tahu pasti bagaimana perasaannya saat itu, tapi saya yakin dia sedih. Bersedih kehilangan anaknya.
Lebih dari itu, saya tidak memotret mereka karena saya teringat dengan Ibu saya. Lebaran tahun ini saya lewatkan sendirian, di tempat yang masih baru untuk saya, jauh dari keluarga. Saya baik-baik saja selama lebaran, tidak menangis sama sekali, dan masih baik-baik saja, hingga saat melihat induk kucing itu.
Saat itulah saya sadar, sekuat apapun kita, without family we are nothing.

0 comments: