Sunday, October 24, 2010

Bekerja dengan Sistem Baru

Kerja di Jakarta itu ibarat 6 P: pergi pagi pulang petang pantat panas.
-Sms seorang teman jam 7.25 pagi WIB, jam macet-macet-nya di Jakarta-
----------------------------
Yup, bekerja di Jakarta bagi saya seperti menghabiskan waktu di jalan. Berangkat pagi, kepagian sampai kantor, berangkat agak siangan, kesiangan yang ada. Pulang juga begitu. Pulang teng go, ketemu macet. Pulang agak maleman, eh masih ketemu macet juga.

Beberapa bulan lalu, saya masih menjalani rutinitas seperti yang disebut teman saya dengan 6 P itu. Namun efektif sejak pertengahan Juni 2010, sejak bergabung dengan perusahaan tempat saya bekerja saat ini yang bergerak di bidang mining construction, rutinitas tersebut saya tinggalkan. Di pekerjaan saat ini, saya ditempatkan di site dan bekerja dengan sistem 6 weeks on : 2 weeks off atau biasa disebut 6:2, 6 minggu bekerja di site dan 2 minggu off kembali ke Jakarta.
Banyak teman beranggapan bahwa sistem kerja 6:2 ini sangat berat. Enam minggu bekerja di weekdays maupun weekend, dari pagi hingga sore.
Kelihatannya sih memang berat. Kelihatannya?
Yuk saya jelaskan kenapa saya bilang hanya ‘kelihatannya’.
Secara kasat mata sepertinya pekerjaan saya ‘agak’ berat, 6 minggu masuk dengan lokasi sebagian besar di remote area. Kenyataannya, bekerja dengan sistem seperti ini justru sebaliknya, menyenangkan buat saya. Setidaknya sampai saat ini :).
Dengan sistem kerja 6:2, saya bangun tiap hari jam 5 pagi, mulai kerja jam 6 pagi hingga jam 6 sore, dari Senin sampai Minggu. Sekitar jam 18.15 atau paling lambat jam 18.30, saya sudah sampai di mess dan sudah bersiap makan malam. Jam kerja saya dihitung dari pukul 6 pagi – 6 sore, dari Senin sampai Minggu.
Kalau saya kerja di Jakarta, saya tetap bangun jam 5, jam 6 pagi saya sudah harus di jalan untuk menghindari macet. Baru sampai kantor jam setengah 8-an lebih (kadang lebihnya banyak sampai mepet jam 8 :D), jam kerja dihitung dari jam 8 pagi sampai 5, dan baru sampai rumah sekitar 8 – 9 malam. Pernah, ketika saya berangkat dari rumah sepupu saya di bilangan Ciledug, berangkat malahan harus dari jam 5 pagi dan baru sampai rumah jam 10 malam. Sabtu-Minggu, karena kerjaan saya kebanyakan di lapangan (maen bola :p), lebih sering saya masuk ketimbang libur. Adapun jam kerjanya, teteup, hanya dihitung dari pukul 8 – 5, Senin – Jumat.
See, berapa banyak waktu yang terbuang di jalan ketika saya bekerja di Jakarta. Belum ditambah dengan kemacetan yang semakin hari sepertinya makin bertambah parah. Saya juga nggak perlu menghirup udara yang udah kecampur asap knalpot kendaraan, nggak perlu juga mendengar klakson mobil, motor dan bis saling beradu di jalan. Belum kalau saya pas naik bis dan nggak kebagian tempat duduk, terjebak macet pula waktu berdiri di bis. Duh, rasanya pengen teriak :D
Sedangkan di site, jam setengah 7 pagi saya sudah sampai kantor dan mulai bekerja, di saat yang sama sebelumnya saya masih di jalan menuju kantor di Jakarta. Tiap pagi saya masih bisa merasakan nikmatnya udara segar, juga sunrise. Begitu pula saat pulang, saya bisa berlama-lama memandangi indahnya sunset. Kadang ada bonus tambahan, bisa melihat monyet yang sedang loncat-loncat dari satu dahan ke dahan lain dalam perjalanan menuju kantor maupun ketika akan berkunjung ke sebuah desa :D. Jam setengah 7 malam juga saya sudah sampai mess siap makan, sementara jika di Jakarta jam segitu pasti saya masih di jalan juga.
Hidup saya justru lebih teratur dengan sistem kerja seperti ini. Saya bisa sarapan, makan siang dan makan malam tepat waktu. Begitu juga untuk bangun tidur maupun tidur-nya. Kebalikannya, saat saya bekerja di Jakarta, saya jarang banget bisa sarapan, makan siang kadang ngaret, apalagi makan malam. Maag saya jadinya nggak pernah kambuh tuh sejak saya bekerja dengan system 6:2.
Keuntungan lain, dengan waktu libur 2 minggu saya bisa sering-sering pulang ke rumah orang tua saya di Magelang, bertemu teman-teman saya di Bandung, Yogya, dan Jakarta tentunya, masih punya waktu juga untuk liburan.
Saya memang tidak bisa selamanya bekerja dengan sistem seperti ini, 6 minggu bekerja di luar Jawa dan 2 minggu di Jakarta. Namun setidaknya, saya hanya berusaha menikmati apa yang saya dapat dan sedang lakukan saat ini. Karena itulah intinya, untuk menikmati hidup.
Bagaimana mungkin kita bisa menikmati hidup, jika untuk menikmati apa yang sedang kita kerjakan saja kita tidak bisa?

0 comments: