Ada satu berita yang cukup membuat hati saya miris weekend ini yang ditayangkan oleh salah satu teve swasta. Tentang akibat penggunaan pemutih kulit yang palsu bagi tubuh. Korbannya, remaja usia belasan tahun, tapi saya lupa daerahnya di mana (namanya juga berita di tv yang hanya selintas, tidak bisa diulang, jadi kalau terlewat ya resiko sendiri :p).
Ceritanya begini. Si remaja, sebut saja Bunga, seorang gadis usia 18 tahun yang ingin mempunyai kulit putih. Makanya si Bunga membeli dan memakai krem pemutih di seluruh badannya, termasuk kulit wajahnya. Bukannya berubah jadi putih dan cantik, setelah menggunakan dua krem pemutih yang dia beli di suatu tempat (keluarganya tidak ada yang tahu dimanakah si Bunga membeli krim tersebut), kulit Bunga malah jadi terbakar! Di teve kelihatan jelas bahwa kondisi kulitnya sebagian terlihat melepuh dan menghitam. Keterbatasan dana membuat keluarganya tidak bisa membawa Bunga ke dokter untuk diperiksa dan diobati.
Masih di tayangan berita tersebut, si reporter berita dari televisi yang bersangkutan juga meperlihatkan kemasan 2 kosmetik yang dipakai oleh Bunga itu. Ironis, di salah satu kemasan kosmetik jelas-jelas tertulis ‘Hydroquinon’ dan ‘Tretinoin’. Hydroquinon termasuk golongan obat keras yang hanya digunakan berdasarkan resep dokter. Pemakaian yang berlebih / over dosis dari obat keras ini dapat menyebabkan iritasi kulit, kulit menjadi merah, rasa terbakar, serta dapat menyebabkan kelainan pada ginjal, kanker darah, dan bahkan kanker sel hati dalam jangka panjang! Sedangkan bahaya penggunaan ‘Tretinoin’ dapat menyebabkan kulit kering, rasa terbakar dan teratogenik (cacat pada janin). Diduga, Bunga menggunakan kosmetik palsu.
Tapi apakah pada saat membeli kedua kosmetik tersebut, Bunga sudah tahu bahwa kosmetik itu palsu dan mengandung bahan-bahan yang berbahaya?
Keinginan yang besar untuk tampil cantik dalam waktu singkat ditambah pengetahuan yang kurang memadai tentang bahan-bahan kosmetik dan faktor ekonomi yang pas-pasan mungkin menjadi beberapa faktor yang menyebabkan banyak perempuan, baik remaja maupun dewasa, membeli dan menggunakan kosmetik dengan bahan-bahan berbahaya. Asal bisa cantik, putih dan murah. Ada demand, ada supply. Selama masih ada permintaan terhadap kosmetik-kosmetik tersebut, selama itu pula kosmetik dengan bahan berbahaya masih akan diproduksi dan dijual, meskipun terkadang tidak secara bebas di pasaran.
Propaganda sebagian besar iklan kosmetik di televisi memang ampuh untuk membentuk mindset kaum perempuan, terutama yang masih remaja, bahwa cantik itu putih. Sayangnya, hal itu tidak dibarengi dengan pengetahuan mengenai ‘apa’ dan ‘bagaimana’ kosmetik yang aman untuk digunakan. Tidak heran, banyak orang (tanpa sadar) masih menggunakan kosmetik-kosmetik dengan bahan berbahaya semata-mata agar dapat memiliki kulit putih.
Saya pernah melihat di sebuah pasar modern gitu, banyak kosmetik di jual dengan beragam merk dalam kemasan pot-pot kecil dengan promosi yang menggiurkan. Bagaimana tidak menggiurkan kalau produk-produk itu menjanjikan bisa membuat kulit putih dan kinclong dalam bilangan hari atau minggu. Harganya? Cukup dengan biaya 5 ribu rupiah saja kita sudah bisa membeli salah satu kosmetik itu, murah bukan?
Well, harusnya dengan harga yang murah, merk yang asing, tanpa nomor POM CD dari BPOM, dan hasil yang instant sudah dapat membuat konsumen berfikir berulang kali untuk tidak membelinya, apalagi memakainya. Tapi keinginan yang begitu besar untuk berkulit putih bisa jadi membuat sebagian perempuan kemudian mengenyampingkan segala hal itu.
Kita toh tidak bisa hanya bergantung pada BPOM untuk merazia kosmetik-kosmetik yang berbahaya. Terlalu banyak bo kosmetik di pasaran. Kosmetik dengan bahan berbahaya juga tidak hanya yang ada di pasar-pasar dengan harga yang murah lho. Dari daftar kosmetik berbahaya yang dikeluarkan BPOM sekitar 2 bulan lalu, banyak juga kosmetik dari klinik-klinik kecantikan terkemuka yang harga satu paketnya mencapai jutaan rupiah. Umumnya kosmetik-kosmetik mahal itu menggunakan bahan merkuri, yang tak kalah berbahaya bagi kulit kita, untuk mempercepat proses pemutihan kulit.
Huff, sebenarnya masih banyak yang mau saya tulis lebih lanjut lagi, khususnya tentang iklan pemutih ataupun program CSR dari perusahaan-perusahaan pembuat kosmetik. Tapi lain kali saja ya, I promise :).
Pada akhirnya pilihan untuk tampil cantik kembali ke diri kita masing-masing. Kita ingin cantik dengan cara seperti apa, apakah dengan cara instant tanpa perlu (mencari) tahu bahan dan komposisi kosmetik yang kita pakai, ataukah dengan memakai kosmetik yang kita yakini benar-benar aman? Yuk ah kita mulai menseleksi dan memastikan bahwa kosmetik yang kita beli benar-benar aman dan terdaftar di BPOM, sehingga tidak ada Bunga-Bunga lain di kemudian hari.
0 comments:
Post a Comment