Saya pernah berandai-andai, seperti apa rasanya hidup jika kita melakukan satu kegiatan yang sama setiap hari. Stag, tanpa ada perubahan yang berarti. What a cold life would be.
Hingga, suatu saat saya bertemu dengan empat orang Kakek –di waktu dan tempat berbeda- yang telah mengajarkan pada saya sebuah hal tentang hidup: apapun keadaannya, hidup adalah sesuatu yang harus terus diperjuangkan.
Kakek yang pertama, seorang penjual kangkung. Pertama kali bertemu dengannya sekitar 6 bulan yang lalu. Kakek itu sudah sangat tua. Jika berjalan agak membungkuk, selain karena faktor usia juga karena si Kakek harus memanggul sebuah karung goni berisi kangkung-kangkung di pundaknya. Tiap ikat kangkung hanya dijual seharga 1500 rupiah. Tapi jika kita ingin memberikan uang atau makanan secara cuma-cuma, si Kakek pasti akan menolaknya.
Si Kakek Penjual Kangkung yang Kelelahan.
Bahkan untuk segelas air minum gratis pun, ia tolak karena merasa bukan haknya
Kakek yang ketiga, seorang penjual roti keliling. Tiap hari ia mesti memanggul box kayu berisi roti-roti jualannya berkeliling dengan berjalan kaki sejauh kurang lebih 5 - 7 kilo. Pernah, satu ketika, saya bertanya tentang keluarganya. Menurut Kakek itu, istrinya, yang ia panggil Nini, ada di Garut. Di sini, si Kakek mengontrak sebuah kamar dengan 3 orang temannya sesama perantau. Ketika saya tanya perihal anaknya, ia tak menjawab.
Yang keempat, seorang penjual siomay keliling. Kakek ini belum setua tiga kakek lainnya. Biasanya saya melihat Kakek ini di jalan yang saya lewati setiap pulang dari kantor. Satu waktu, saya sengaja berhenti sebentar dan menunggu si kakek ini lewat untuk membeli siomay-nya. Ia terlihat begitu senang ketika saya membeli dagangannya. Siomay-nya memang tidak terlalu enak. Tapi bagaimana mungkin ia bisa membuat siomay yang enak jika ia sendiripun tidak punya modal yang cukup untuk itu?
Dari mereka, saya belajar banyak tentang hidup. Untuk tetap berusaha dan berjuang dalam hidup, meski dalam keadaan sesulit apapun. Dari mereka pulalah, saya belajar tentang arti beryukur. Bersyukur atas tiap makanan yang hari ini bisa saya makan, untuk pekerjaan yang kini saya jalani dan untuk segala kesempatan yang telah saya dapatkan.
Dari mereka juga, saya belajar untuk lebih menghargai uang.
Mensyukuri apa yang ada bukan berarti saya berhenti untuk mencari apa yang saya inginkan, tapi untuk tetap berusaha lebih baik lagi agar bisa mencapai sesuatu yang lebih baik juga.
Ah, dengan usia yang jauh lebih muda, tenaga yang juga masih jauh lebih kuat dan segala kesempatan dalam hidup yang jauh lebih baik, malu rasanya kalau sampai saya sering mengeluh, merasa selalu kurang dan kalah semangat dengan keempat kakek itu, in struggling this life.