Monday, November 30, 2009

Pulang

- written on Friday, Nov 27th - Lebaran haji tahun ini saya memilih untuk pulang ke rumah. Inilah untuk pertama kalinya saya bisa kembali menyambut Idul Adha bersama keluarga di rumah setelah sekian tahun hanya bisa merayakan Idul Adha di perantauan (padahal nggak jauh-jauh amat sih, hanya di Bandung dan kini Jakarta :p)

Dan disinilah saya hari ini hingga 2 hari ke depan, di Magelang, kampung halaman saya tercinta. Bersama dengan orang-orang yang saya cintai. Keluarga dan beberapa sahabat terkasih.

Saya ingat ketika awal-awal saya kuliah di Bandung. Tiap kali saya mengabarkan rencana kepulangan saya, selalu nada suara bahagia yang saya dengar dari orang tua saya. Tiap kali saya sampai di rumah, biasanya sekitar jam 2-3 an pagi dinihari, orang tua saya pasti sudah bangun dan menunggu kedatangan saya. Juga sudah tersedia makanan dan minuman yang masih panas sebagai penghangat perut setelah menempuh 8 jam di perjalanan.

Meski sudah sekian tahun tinggal terpisah dari keluarga saya di Magelang, rasa berat ketika harus meninggalkan rumah dan kembali ke kota tempat saya bermukim sekarang tetap selalu ada, meskipun saya tahu bahwa rasa berat itu akan segera hilang begitu saya sampai di kota tujuan dan pikiran saya kembali terkonsentrasi dengan aktivitas yang ada.

Hanya dirumahlah, saya merasa diri saya diterima apa adanya. Seberapa besarpun kesalahan yang saya perbuat di luar sana, sebanyak apapun kegagalan yang saya dapatkan, sesering apapun jatuh bangun yang saya rasakan, semua itu seakan luruh ketika saya pulang ke rumah. Di rumah, saya menemukan ketenangan. Di rumah pula, untuk sementara saya terlupakan dengan pekerjaan dan target-target pribadi saya di luar sana yang harus saya kejar.

Pulang ke rumah selalu memberi semangat baru untuk saya. Bahwa saya harus memberikan sesuatu yang terbaik bagi orang-orang yang saya sayangi.

Monday, November 23, 2009

Bu Minah dan Tiga Biji Kakao-nya

-actually it was written on Saturday, Nov 21 2009- Minggu ini ada berita yang kembali membuat hati saya miris. Jauh lebih miris dari berita tentang penggunaan kosmetik pemutih palsu oleh seorang remaja putri usia 18 tahun sehingga membuat sebagian kulit remaja tersebut melepuh dan terbakar. Berita ini tentang Bu Minah. Seorang nenek berusia 55 tahun dari sebuah dusun kecil di kabupaten Banyumas, dengan tiga biji kakao-nya. Tiga biji kakao yang  ia ambil dengan niat hanya untuk dijadikan bibit, telah membuat Bu Minah mendapatkan hukuman 1 bulan 15 hari penjara dengan 3 bulan masa percobaan.

Dua orang member di salah satu milis yang saya ikuti memberikan info tentang berapa sih total jumlah harga dari 3 biji kakao yang diambil Bu Minah? Seorang member memberikan angka Rp 2000 (tanpa menyebutkan apakah dua ribu rupiah untuk satu biji kakao ataukah untuk ketiga biji kakao). Seorang member lagi menuliskan harga Rp 30.000.

Berapakah harga 3 biji kakao tersebut, apakah Rp 2000 ataukah Rp 30.000, tapi yang pasti tiga biji kakao tersebut sanggup membuat Bu Minah menjadi terpidana. Ironis! Padahal Bu Minah sudah meminta maaf dan langsung mengembalikan 3 biji kakao-nya tersebut kepada si mandor kebun yang melihatnya mengambil kakao itu.

Beragam komentar tentang kasus ini bermunculan di beberapa milis yang saya ikuti. Wajar adanya. Ketika persoalan pengambilan 3 biji kakao seharga dua ribu rupiah ataukah tiga puluh ribu rupiah dan si nenek telah meminta maaf, namun masih juga diteruskan ke pengadilan pada akhirnya memang mampu membuat rasa keadilan dari siapapun yang melihatnya tergugah. Juga teriris. Terlebih di saat sekarang ini  di mana begitu banyak kasus pengambilan uang rakyat (baca : korupsi) dengan nilai (baca juga : nominal uang) yang sebenarnya sangat jauh berlipat lipat, bahkan sama sekali sangat tidak sebanding dari sekedar harga 3 biji kakao yang diambil Bu Minah, seakan-akan sulit tertembus kekuatan hukum.

Sedih hati saya melihat bagaimana Bu Minah duduk di persidangan. Bagaimana Bu Minah meminta maaf kepada hakim tanpa didampingi pengacara. Bagaimana Bu Minah tetap memenuhi panggilan pengadilan meski jarak antara rumahnya dengan pengadilan lebih kurang 40 km dengan segala keterbatasan biayanya. Dan bagaimana Bu Minah diwawancarai oleh sebuah televisi swasta dan menjawabnya dalam bahasa Jawa ngapak (dialek Banyumasan) tentang kronologis pengambilan 3 biji kakao hingga dirinya mendapatkan putusan pengadilan.

Semoga satu hari nanti, keadilan benar-benar bisa tegak berdiri di tanah air tercinta ini. Untuk semua kalangan, tanpa pandang bulu. Amien.


Sunday, November 15, 2009

Kosmetik Pemutih, Antara Membuat Cantik dan Membuat Hancur.


Ada satu berita yang cukup membuat hati saya miris weekend ini yang ditayangkan oleh salah satu teve swasta. Tentang akibat penggunaan pemutih kulit yang palsu bagi tubuh. Korbannya, remaja usia belasan tahun, tapi saya lupa daerahnya di mana (namanya juga berita di tv yang hanya selintas, tidak bisa diulang, jadi kalau terlewat ya resiko sendiri :p).

Ceritanya begini. Si remaja, sebut saja Bunga, seorang gadis usia 18 tahun yang ingin mempunyai kulit putih. Makanya si Bunga membeli dan memakai krem pemutih di seluruh badannya, termasuk kulit wajahnya. Bukannya berubah jadi putih dan cantik, setelah menggunakan dua krem pemutih yang dia beli di suatu tempat (keluarganya tidak ada yang tahu dimanakah si Bunga membeli krim tersebut), kulit Bunga malah jadi terbakar! Di teve kelihatan jelas bahwa kondisi kulitnya sebagian terlihat melepuh dan menghitam. Keterbatasan dana membuat keluarganya tidak bisa membawa Bunga ke dokter untuk diperiksa dan diobati.

Masih di tayangan berita tersebut, si reporter berita dari televisi yang bersangkutan juga meperlihatkan kemasan 2 kosmetik yang dipakai oleh Bunga itu. Ironis, di salah satu kemasan kosmetik jelas-jelas tertulis ‘Hydroquinon’ dan ‘Tretinoin’. Hydroquinon termasuk golongan obat keras yang hanya digunakan berdasarkan resep dokter. Pemakaian  yang berlebih / over dosis dari obat keras ini dapat menyebabkan iritasi kulit, kulit menjadi merah, rasa terbakar, serta dapat menyebabkan kelainan pada ginjal, kanker darah, dan bahkan kanker sel hati dalam jangka panjang! Sedangkan bahaya penggunaan ‘Tretinoin’ dapat menyebabkan kulit kering, rasa terbakar dan teratogenik (cacat pada janin). Diduga, Bunga menggunakan kosmetik palsu.

Tapi apakah pada saat membeli kedua kosmetik tersebut, Bunga sudah tahu bahwa kosmetik itu palsu dan mengandung bahan-bahan yang berbahaya?

Keinginan yang besar untuk tampil cantik dalam waktu singkat ditambah pengetahuan yang kurang memadai tentang bahan-bahan kosmetik dan faktor ekonomi yang pas-pasan mungkin menjadi beberapa faktor yang menyebabkan banyak perempuan, baik remaja maupun dewasa, membeli dan menggunakan kosmetik dengan bahan-bahan berbahaya. Asal bisa cantik, putih dan murah. Ada demand, ada supply. Selama masih ada permintaan terhadap kosmetik-kosmetik tersebut, selama itu pula kosmetik dengan bahan berbahaya masih akan diproduksi dan dijual, meskipun terkadang tidak secara bebas di pasaran.

Propaganda sebagian besar iklan kosmetik di televisi memang ampuh untuk membentuk mindset kaum perempuan, terutama yang masih remaja, bahwa cantik itu putih. Sayangnya, hal itu tidak dibarengi dengan pengetahuan mengenai ‘apa’ dan ‘bagaimana’ kosmetik yang aman untuk digunakan. Tidak heran,  banyak orang (tanpa sadar) masih menggunakan kosmetik-kosmetik dengan bahan berbahaya semata-mata agar dapat memiliki kulit putih.

Saya pernah melihat di sebuah pasar modern gitu, banyak kosmetik di jual dengan beragam merk dalam kemasan pot-pot kecil dengan promosi yang menggiurkan. Bagaimana tidak menggiurkan kalau produk-produk itu menjanjikan bisa membuat kulit putih dan kinclong dalam bilangan hari atau minggu. Harganya? Cukup dengan biaya 5 ribu rupiah saja kita sudah bisa membeli salah satu kosmetik itu, murah bukan?   

Well, harusnya dengan harga yang murah, merk yang asing, tanpa nomor POM CD dari BPOM, dan hasil yang instant sudah dapat membuat konsumen berfikir berulang kali untuk tidak membelinya, apalagi memakainya. Tapi keinginan yang begitu besar untuk berkulit putih bisa jadi membuat sebagian perempuan kemudian mengenyampingkan segala hal itu.

Kita toh tidak bisa hanya bergantung pada BPOM untuk merazia kosmetik-kosmetik yang berbahaya. Terlalu banyak bo kosmetik di pasaran. Kosmetik dengan bahan berbahaya juga tidak hanya yang ada di pasar-pasar dengan harga yang murah lho. Dari daftar kosmetik berbahaya yang dikeluarkan BPOM sekitar 2 bulan lalu, banyak juga kosmetik dari klinik-klinik kecantikan terkemuka yang harga satu paketnya mencapai jutaan rupiah. Umumnya kosmetik-kosmetik mahal itu menggunakan bahan merkuri, yang tak kalah berbahaya bagi kulit kita, untuk mempercepat proses pemutihan kulit.

Huff, sebenarnya masih banyak yang mau saya tulis lebih lanjut lagi, khususnya tentang iklan pemutih ataupun program CSR dari perusahaan-perusahaan pembuat kosmetik. Tapi lain kali saja ya, I promise :).

Pada akhirnya pilihan untuk tampil cantik kembali ke diri kita masing-masing. Kita ingin cantik dengan cara seperti apa, apakah dengan cara instant tanpa perlu (mencari) tahu bahan dan komposisi kosmetik yang kita pakai, ataukah dengan memakai kosmetik yang kita yakini benar-benar aman? Yuk ah kita mulai menseleksi dan memastikan bahwa kosmetik yang kita beli benar-benar aman dan terdaftar di BPOM, sehingga tidak ada Bunga-Bunga lain di kemudian hari.

Wednesday, November 11, 2009

Sebuah Kado di Hari ke-15 Usia Baru Saya


Saya sedang memakai masker (masker susu pula) ketika Erick, salah satu teman MT saya di kantor, tiba-tiba datang ke kos saya. Erick langsung ngakak begitu melihat muka saya yang masih berbalut masker. Berhubung untuk sementara saya tidak bisa bicara (daripada maskernya retak :D), akhirnya kita menggunakan bahasa isyarat untuk berkomunikasi. Ternyata Erick datang membawakan saya kado ultah. Sebuah kado mungil dengan kertas pembungkus bermotif batik.

Horay, dapet kado lagi :).  

Setelah saya buka, ternyata kadonya tidak hanya dari Erick semata (bener kan Rick dugaan gw, hahaha, piss!), tapi juga dari Mama Inna dan Mansyur. Nama pertama, teman di kantor yang lebih sering kita panggil Mama Inna atau Mama Dedeh, tempat curhatnya sebagian anak-anak MT. Nah, kalau Mansyur sama juga dengan Erick, temen MT dari bagian konstruksi.

Meskipun ultah saya sudah lewat 2 minggu yang lalu, tapi yang namanya perasaan senang  tetap saja ada. Senang karena saya merasa diperhatikan, dan disayang sebagai teman (agak kegeeran mode on). Juga karena saya dapat kado (haha, maklum semakin bertambah dewasa – istilah halus dari beranjak tua sebenarnya :D – semakin jarang pula saya dapat kado).

Mama Inna, Erick dan Mansyur, terima kasih banyak atas kadonya. Insyalloh akan sangat bermanfaat. Tapi itu baru kado intinya ya, kado ’bunga-nya’ (berhubung telat, telat kan ada denda, hihihi) tetap ditunggu :D.

Tuesday, November 10, 2009

Saya (Memang) Belum Berhasil, tapi Saya Tetap Tersenyum


9 November 2009. Hari pengumuman dari sebuah kompetisi. Dan ternyata, pengumuman itu menyatakan bahwa (mungkin) belum saatnya bagi saya untuk menerima hasil terbaik dari kompetisi yang saya ikuti itu sekarang.

Jika hasil kompetisi kemarin dinyatakan melalui nilai sebagaimana hasil ujian akhir di masa perkuliahan, saya yakin saya bisa mendapatkan nilai A. Tapi, hey, ini bukanlah sebuah ujian di masa kuliah yang hasil akhirnya berwujud huruf, yang bisa kita ulang ketika kita tidak puas dengan nilai yang kita raih di semester berikutnya. Ini adalah sebuah kompetisi real dalam hidup, ketika semua orang berbekal (diantaranya) nilai-nilai terbaiknya selama kuliah saling berkompetisi untuk mendapatkan hasil akhir yang terbaik. Hasil yang nyata, bukan berwujud huruf.

Saya menyadari usaha saya mungkin belum maksimal di tengah kontestan lain yang kompetensinya tidak berbeda jauh atau bahkan di atas saya (dalam konteks IPK ya karena kontestan yang diundang berkompetisi didasarkan pada IPK). Saya juga mengakui bahwa meskipun saya ingin berhasil, namun saya hanya setengah hati untuk mengikuti kompetisi itu karena passion saya tidak sepenuhnya di bidang yang dikompetisikan tersebut.

Saya memang belum berhasil. Kecewa, iya. Sedih, sedikit. Tapi menyerah, no way buat saya. Makanya saya tetap memilih untuk tersenyum menerima pengumuman tersebut. Tetap memilih untuk tidak menyerah dan bersemangat melalui hari-hari saya selanjutnya. Tetap memilih untuk terus belajar agar diri saya berkembang menjadi semakin baik. Dan tetap memilih untuk berpikir positif tentang apapun hasil yang saya terima ataupun yang akan saya hadapi nanti.

Saya yakin, Allah SWT akan memberikan sesuatu yang terbaik untuk saya di saat yang tepat, sepanjang saya memberikan yang terbaik untuk apapun usaha yang saya lakukan.

Sunday, November 8, 2009

Tidak Semua Hal Harus Via Facebook


Si dia di depan saya masih saja diam. Sambil terus memencet keypad ponselnya. Lama saya menunggu jawaban, namun tak juga ada sepatah kata pun keluar darinya. Masih saja terus menatap layar handphone dan tersenyum sendiri. Selang beberapa menit kemudian, baru dia merespon pertanyaan saya:

Lo tadi nanya gue ya Mir?

Halah, gubrak! Ternyata dia asyik dengan facebook-nya.

Well, itulah sedikit dampak dari adanya Facebook. Sebuah situs jejaring sosial yang mampu membius jutaan orang untuk melupakan keadaan disekitarnya. Paling tidak selama sekian menit, seperti teman saya tadi :-).

Kenapa saya hanya sebut facebook, meski sebenarnya banyak jejaring sosial lainnya, seperti twitter ataupun friendster, semata karena facebook (sepertinya) lebih diterima dan digunakan oleh masyarakat luas. Baru di jaman facebook, ada kantor yang harus membanned situs ini agar karyawannya tidak asyik berfacebook ria di tengah jam kantor. Baru di jaman facebook pula, sesi pemotretan bersama sahabat, teman, rekan kerja, atau kolega, seringkali diakhiri dengan kalimat, ’fotonya jangan lupa di-tag di facebook yah..’

Ada teman saya bahkan sampai niat membeli hape yang dapat terkoneksi terus dengan facebook at any time and in everywhere. Jangan ditanya statusnya, update terus :-). Tapi ada juga teman yang hanya sesekali membuka facebook. Alasannya simple, sebenarnya malas join tapi daripada dibilang ketinggalan jaman kalau tidak punya facebook.

Buat saya sendiri, facebook is just for fun. Media komunikasi dengan teman-teman lama saya yang sudah tersebar di mana-mana, terlebih ketika sebagian di antara mereka sudah mengganti no handphone-nya atau justru saya yang kehilangan no hape mereka. Alat penghubung saya dengan teman-teman untuk saling tahu kabar masing-masing, terutama ketika saya dan mereka sudah terpisah jarak yang saling berjauhan. Juga tempat untuk sekedar menuliskan comment-comment lucu dan tertawa-tiwi (dalam bentuk smiley dan kata-kata tentu saja), seperti yang biasa saya lakukan ketika masih bersama mereka.

Melalui facebook, saya bisa melihat keadaan teman-teman saya dalam momen-moment istimewa mereka yang tidak bisa saya ikuti. Pernikahan, kehamilan atau kelahiran. Lewat facebook pula, saya bisa ikut merasakan apa yang sedang dirasakan teman-teman saya, tanpa mereka harus curhat dengan saya. Entah sedih, bahagia, marah, dan beragam perasaan lain. Dari facebook juga saya jadi tahu betapa ganteng dan cantiknya pasangan hidup sahabat-sahabat saya ataupun chubby-nya baby sahabat saya.

Tapi tidak semuanya bisa lewat facebook, tentunya.

Ketika teman kos kita yang kebetulan kamarnya persis di depan kamar kita ulang tahun, masak sih kita mesti memberinya ucapan selamat via facebook. Juga ketika sahabat kita terkena musibah bencana alam. Akan jauh berbeda rasanya ketika kita menghubunginya, entah dengan menelpon ataupun bertemu face to face, dan mendengar langsung curahan hatinya tentang musibah itu dibanding dengan menuliskan rasa simpati kita di facebook-nya. Ketika sahabat tersayang sakit, rasanya akan lebih bernilai ketika kita bisa meluangkan waktu sejenak untuk menjenguknya, ditambah peluk dan cium untuknya, jika dibanding dengan menuliskan kata-kata semoga cepat sembuh di wall-nya.

Ketika tetangga kita membutuhkan pertolongan mendesak dari kita, apakah kita akan menjawabnya melalui facebook juga?

Saya tidak bilang bahwa komunikasi melalui facebook itu tidak bagus. Hanya yang sekarang ini saya lihat, banyak orang sepertinya (selalu) lebih memilih menggunakan facebook di hampir setiap waktu dibanding menggunakan media komunikasi lain yang sebenarnya jauh lebih bermakna.

Ketika jarak menjadi pemisah antara kita dengan orang-orang terdekat kita, facebook memang bisa menjadi sebuah media yang akan tetap mendekatkan kita dengan mereka. Buat yang dekat, facebook bisa menjadi perekat kebersamaan. Tapi bukan berarti segala sesuatunya bisa dieskpresikan melalui facebook. Ada rasa yang lebih indah di saat-saat tertentu ketika segala sesuatunya dapat disampaikan secara langsung, secara pribadi. Hanya antara kita, saya atau anda, dengan dia. Lewat tatap muka, lewat suara ataupun sms.

So, bagaimana arti facebook bagi Anda?

Tentunya hanya Anda sendiri yang paling tahu jawabannya.

Yuk ah, jangan sampai facebook malah membuat kita dekat dengan yang jauh, tapi menjadi jauh dengan yang dekat, ok!

Thursday, November 5, 2009

Friends, on My Birthday


Selasa, 27 Oktober 2009. Handphone saya berbunyi. Sms. Hmm, masih pagi. Kira-kira dari siapa ya?

Birthday is a day when you remember that you are now grow up. Learn from your mistakes and work harder to achieve your wishes. Happy birthday, Bulbul :)

Oh, ternyata dari Mbak Tani, salah satu sahabat terbaik saya, yang memberikan ucapan selamat atas bertambahnya usia saya. Ajaib, membaca sms itu membuat pagi hari saya menjadi begitu berbunga-bunga (hahaha, lebay!) Eh tapi bener lho, sekian tahun saya tidak bertemu dengan Mbak Tani, terakhir mungkin pada pertengahan tahun 2005, dan si Mbak tersayang masih mengingat ultah saya. Juga nama panggilan sayang buat saya. Bukan sebuah kejutan, tapi satu hal yang sangat bernilai. Dan bermakna dari seorang sahabat.

Handphone saya berbunyi lagi. SMS. Berbunyi lagi. Kini giliran telp yang masuk. Beberapa menit kemudian masuk satu sms lagi.

Ketika saya buka facebook sore harinya, wall saya penuh dengan ucapan selamat ultah untuk saya dari teman-teman. Mulai dari teman-teman dari jaman SD, SMP, SMU, kuliah, hingga teman-teman di tempat kerja saya sekarang. Juga teman-teman yang saya kenal dari tempat les Bahasa Inggris, teman kos ataupun aktivitas yang lain. Beberapa bahkan merupakan teman yang saya kenal hanya selintas lewat, ketika bertemu di acara wisuda kampus ataupun tes rekruitment kerja. Saya bahagia dan terharu. Tidak mengira banyak teman yang entah sudah berapa tahun tidak berjumpa, ternyata masih menyempatkan waktu untuk menuliskan beberapa kata ucapan, harapan dan doa di wall saya.

Handphone saya masih terus berdering hingga larut malam. Bergantian antara sms dan telp, meskipun frekuensinya lebih banyak sms. Comment di wall facebook saya juga terus bertambah. Alhamdullilah, hari itu selain menyukuri nikmat bertambahnya umur saya, saya juga beryukur banyak teman yang mengingat hari ultah saya (hehe, meskipun kalau di facebook sudah ada reminder khusus beberapa hari sebelumnya).

Saya merasa bahagia ketika membaca sms, email ataupun comment di wall facebook saya, juga ketika menerima telp dari teman dan mendengar ucapan ultah langsung dari mereka. Saya merasa diterima. Saya merasa dihargai. Dan disayangi. Meskipun hubungan pertemanan saya dengan beberapa teman tidaklah selalu berjalan mulus, tapi hal itu justru membuat pertemanan kami menjadi kian berwarna. Perhatian mereka di hari ultah saya membuat saya semakin menyadari betapa menyenangkannya mempunyai banyak teman. Dan saya menyebut segala bentuk perhatian itu, entah sms, email, telp ataupun tulisan di facebook, sebagai sebuah simply touch the hand of a friend. Sederhana, tapi berkesan.

Tidak ada kata lain yang bisa saya ucapkan selain terima kasih atas perhatian mereka. Lots of thanks, all my dear friends!

Sebelum tidur, saya sempatkan untuk membuka facebook saya lagi, siapa tahu ada comment baru yang masuk atau mungkin ada comment yang terlewat belum saya baca. Tuh kan, benar dugaan saya. Ada dua comment baru dan satu comment yang ternyata belum saya baca. Saya baca comment yang terlewat dulu ah. Dari Teh Yuli, teman sekaligus mentor saya belajar jurnalistik ketika saya masih menimba ilmu di sebuah radio berita. Bunyi ucapannya:

Mirce.... met ultah yah.... semoga kecentilan kamu berkurang.... suara tinggi kamu merendah.... overconfidence kamu menurun... ditunggu di Bandung, TRAKTIR!!!!!"

Hahaha... how I love all of my friends!